World Of Warcraft, WoW Short Sword

Pages

Labels

It's Blogger And Sablenkisme19 Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 21 Januari 2013

Inilah Lawan Politik - Muhammad Iqbal Pradipta



D
ulu hidup seorang wanita bernama Raden Ajeng Silatuilah. Ia adalah wanita yang cantik sekali, rupawan, cerdas, dan baik hati. Sejak dulu, banyak pangeran dari kerajaan-kerajaan lain yang berusaha mendapatkan hati sang putri raja Dewa Surituh. Tapi sang putri menolak semua lamaran dari pangeran-pangeran tersebut. Entah apa yang membuat sang putri menolak semua lamaran tersebut, tapi pada suatu hari dia bertemu dengan seorang prajurit  yang gagah berani.
Prajurit tersebut bernama Sulton al-buuruj. Prajurit ini adalah prajurit yang berhasil memenggal kepala jenderal perang dari kerajaan yang kaya raya yaitu kerajaan Donyaning Suwargo. Sulton memang pandai bertarung, apalagi dia adalah keturunan Raja Timur tengah. Sulton ditinggal ayahnya sejak kecil di pulau jawa ini. Karena ayahnya akan menghadapi  perang yang merenggut nyawa sang ayah.
Ya, begitulah singkat prolog dari cerita ini. Sekarang mari kita menuju awal cerita ini.

“Hoy! Apa maksudmu menaruh senjata di kamarku?” Bentak Jenayang,
“Maafkan hamba permaisuri. Hamba habis dari kamar kecil.” Jawab Sulton
Memang sejak pulang dari peperangan Dunyaning Suwargo, Raja Dewa Surituh sedikit kesal terhadap Sulton karena Sultonlah yang memenggal kepala Jenderal sekaligus raja dari Donyaning Suwargo. Maka dari itu Sulton hanya dijadikan jenderal saat perang besar saja. Selebihnya ia hanya menjadi seorang Pengawal permaisuri raja.
“Buahaahahahha bagaimana menurutmu yang aku lakukan terhadap Sulton?” tanya raja Dewa kepada Raja tetangga Kinalijo,
“Menurutku jika rakyatmu tahu tentang hal ini maka mereka akan memberontak dan berbalik menyerangmu Dewa.” Jawab Kinalijo dengan wajah berpikir,
“Tapi seharusnya yang memenggal kepala Si Kaya Serakah itu aku bukan Sulton.” Balas Dewa,
 “Kamu mungkin bisa berbicara demikian tapi pada saat itu kondisimu sedang terluka parah akibat tebasan Si Kaya, beruntung dia berada didekatmu saat itu dan dia mencegah kepalamu diambil oleh Si Kaya!” Balas Kinalijo dengan sedikit emosi,
“Kenapa kau malah berbalik pihak terhadap Sulton? Katanya kau mendukungku?!” tanya Dewa dengan nada yang sedikit tinggi,
“Kamu jangan semena-mena juga, paling tidak buat dia terlihat berwibawa dan makmur. Buat dia terbungkam dan melakukan kesalahan sehingga nama dia jatuh! Jika ketahuan kau menyuruh dia menjadi pengawal permaisuri maka rakyat akan mulai menyadari bahwa kau bukan raja yang baik!” bentak Kinalijo.
Yah, sejak dahulu memang Raja Dewa ini selalu ingin menjadi yang terhebat, terkuat, dan terkenal.  Maka dari itu banyak yang mulai menjadi lawan politik terhadap sang Raja Dewa yang dulu dikenal sebagai Raja yang pintar dalam mengatur strategi perang dahulu.
“Permaisuriku, bagaimana sulton menjagamu?” tanya Raja Dewa
“Wahai rajaku, dia tadi sempat meninggalkanku tanpa izin.” Lapor Permaisuri dengan bermaksud membuat Sulton makin dibenci raja.
“Hey, Sulton! Kenapa kau meninggalkan istriku tanpa izin?” bentak Raja Dewa,
“Maafkan hamba, baginda. Hamba hanya pergi ke kamar kecil sebentar.” Jawab Sulton,
“Dasar tidak tahu diuntung! Sejak kecil kau dirawat dan kini kau bisa-bisanya melakukan kecerobohan seperti ini! “Bentak Raja Dewa dengan nada semakin marah.
“Tapi hamba tidak bermaksud untuk membahayakan permaisuri. Hamba hanya ke kamar mandi untuk buang air kecil.” Jawab Sulton dengan nada yang mulai meninggi,
Percekcokan mulai semakin memanas, dari teguran berubah menjadi pertengkaran. Sang Raja Dewa mulai memukulkan tangannya di pipi Sulton. Akhirnya mereka pun bertengkar hebat, karena sama-sama sakti mereka membuat istana berguncang hebat. Sangat hebat, hingga semakin lama istana yang semula berguncang menjadi hancur sebagian karena kesaktian sang Raja Dewa yang ingin menghabisi Sulton karena dendam terpendam selama ini terungkap sudah.
Hingga akhirnya kedua insan ini mengeluarkan seluruh ilmu kesaktian yang mereka punya sehingga keduanya terjatuh dihadapan sang Raja Kinalijo yang menggunakan ilmunya merelai kedua pahlawan kerajaan Donyaning Suwargo. Kedua orang sakti ini, masih dalam kondisi hancur lebur pada perkelahian penghabisan diantara dendam-dendam terpendam.
Sebulan telah berlalu, kondisi kerajaan mulai membaik. Raja Dewa dan Sulton mulai membaik, dan mereka sedang akan diadakan sebuah pertemuan sesungguhnya untuk menyelesaikan keduanya.
Setelah dijelaskan oleh Raja Kinalijo tentang permasalahan di meja kerajaan Donyaning suwargo, kedua pihak masih tetap berseteru maka dari itu permaisuri Raja Dewa yang bernama R.A. Silatuilah menyatakan yang sebenarnya bahwa dia mencintai sang Jenderal Perang, Sulton Al-Buruuj. Dan ternyata sejak awal Sulton muncul sang permaisuri mencintai Sulton sepenuhnya dan saking cintanya tapi tak dibalas ia berbalik menyerang Sulton.
Kini Sulton dan R.A. Silatuilah hidup bersama membangun kerajaan baru. Sedangkan Raja Dewa hancur karena kehilangan permaisuri dan jenderal perangnya. Lalu Raja Dewa dieksekusi oleh Kerajaan Suwilah Tanoeh di depan rakyatnya dengan dibakar.
Jadi setelah mendengar jatuhnya Raja Dewa Surituh, Raja Suwilah dari kerajaan Suwilah Tanoeh mulai merencanakan penyerangan kerajaan Donyaning Suwargo. Hingga saat yang tepat datang, mereka menyerang dan menghabisi kerajaan tersebut dengan menguasai kawan politik dari Raja Dewa dan dengan iming-iming tanah kerajaan Donyaning Suwargo mereka  setuju dan berbalik menyerang Raja Dewa.
Setelah kalah dan pengawal pribadinya dibunuh raja Dewa langsung ditangkap dan di ikat di tiang alun-alun kerajaan. Lalu dia dibakar disana dengan disiksa dahulu. Karena Raja Suwilah bukan serakah tapi pendendam dengan memotong kesepuluh jari tangan Raja Dewa baru dibakar. Lalu mereka pergi dari kerajaan itu dengan meninggalkan mayat yang masih terikat.

Sungguh mengenaskan akhir dari cerita ini, hanya karena diadu domba oleh wanita, sebuah derajat tinggi, kekuasaan, kehebatan, dan haus akan ke popularitasan semua hal bisa hancur begitu saja. Yah, inilah dunia politik masa lalu. Masa sekarang? Lebih kejam daripada ini. Berhati-hatilah.

Muhammad Iqbal Pradipta “Inilah Lawan Politik”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar